Senin, 07 Oktober 2013

PERAN DAN FUNGSI BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013

Dunia pendidikan di Indonesia sekarang ini sedang ramai-ramainya membicarakan tentang kurikulum 2013. Sosialisasi kurikulum 2013 sedang dilaksanakan disetiap daerah sampai pelosok. Dalam beberapa waktu yang lalu kepala sekolah dan beberapa wakil kepala sekolah SMA Negeri 6 Pontianak juga telah mengikuti kegiatan sosialisasi kurikulum 2013.
Melihat maraknya pembicaraan tentang kurikulum 2013, membuat suatu motivasi bagi konselor untuk mengetahui, bagaimana posisi bimbingan dan konseling dalam kurikulum 2013, dan ternyata hal ini telah ramai juga dibicarakan oleh masyarakat bimbingan dan konseling dalam mebahas fungsi dan peran bimbingan dan konseling dalam impelemntasi kurikulum 2013.
Bersumber dari tulisan "MASUKAN PEMIKIRAN TENTANG PERAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM KURIKULUM 2013" Oleh: Masyarakat Profesi Bimbingan dan Konseling Indonesia, perlu diketahui bahwa bimbingan dan konseling memiliki peran yang sangat penting dalam implementasi kurikulum 2013, karena bimbingan dan konseling berperan dan berfungsi, secara kolaboratif, dalam hal-hal berikut.
1. Menguatkan Pembelajaran yang Mendidik
Untuk mewujudkan arahan Pasal 1 (1), 1 (2), Pasal 3, dan Pasal 4 (3) UU No. 20 tahun 2003 secara utuh, kaidah-kaidah implementasi Kurikulum 2013 sebagaimana dijelaskan harus bermuara pada perwujudan suasana dan proses pembelajaran mendidik yang memfasilitasi perkembangan potensi peserta didik. Suasana belajar dan proses pembelajaran dimaksud pada hakikatnya adalah proses mengadvokasi dan memfasilitasi perkembangan peserta didik yang dalam implementasinya memerlukan penerapan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling. Bimbingan dan konseling harus meresap ke dalam kurikulum dan pembelajaran untuk mengembangkan lingkungan belajar yang mendukung perkembangan potensi peserta didik. Untuk mewujudkan lingkungan belajar dimaksud, guru hendaknya: (1) memahami kesiapan belajar peserta didik dan penerapan prinsip bimbingan dan konseling dalam pembelajaran, (2) melakukan asesmen potensi peserta didik, (3) melakukan diagnostik kesulitan perkembangan dan belajar peserta didik, (4) mendorong terjadinya internalisasi nilai sebagai proses individuasi peserta didik. Perwujudan keempat prinsip yang disebutkan dapat dikembangkan melalui kolaborasi pembelajaran dengan bimbingan dan konseling.
2. Memfasilitasi Advokasi dan Aksesibilitas
Kurikulum 2013 menghendaki adanya diversifikasi layanan, jelasnya layanan peminatan. Bimbingan dan konseling berperan melakukan advokasi, aksesibilitas, dan fasilitasi agar terjadi diferensiasi dan diversifikasi layanan pendidikan bagi pengembangan pribadi, sosial, belajar dan karir peserta didik. Untuk itu kolaborasi guru bimbingan dan konseling/konselor dengan guru mata pelajaran perlu dilaksanakan dalam bentuk: (1) memahami potensi dan pengembangan kesiapan belajar peserta didik, (2) merancang ragam program pembelajaran dan melayani kekhususan kebutuhan peserta didik, serta (3) membimbing perkembangan pribadi, sosial, belajar dan karir.
3. Menyelenggarakan Fungsi Outreach
Dalam upaya membangun karakter sebagai suatu keutuhan perkembangan, sesuai dengan arahan Pasal 4 (3) UU No. 20/2003, Kurikulum 2013 menekankan pembelajaran sebagai proses pemberdayaan dan pembudayaan. Untuk mendukung prinsip dimaksud bimbingan dan konseling tidak cukup menyelenggarakan fungsi-fungsi inreach tetapi juga melaksanakan fungsi outreach yang berorientasi pada penguatan daya dukung lingkungan perkembangan sebagai lingkungan belajar. Dalam konteks ini kolaborasi guru bimbingan dan konseling/konselor dengan guru mata pelajaran hendaknya terjadi dalam konteks kolaborasi yang lebih luas, antara lain: (1) kolaborasi dengan orang tua/keluarga, (2) kolaborasi dengan dunia kerja dan lembaga pendidikan, (3) “intervensi” terhadap institusi terkait lainnya dengan tujuan membantu perkembangan peserta didik.

Rabu, 26 Juni 2013

PENYELENGGARAAN MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING


A.    Latar Belakang Masalah
Dalam sebuah lembaga pendidikan bimbingan dan konseling merupakan suatu komponen yang sangat penting untuk memajukan mutu sebuah sekolah. Karena jika kita lihat pada masyarakat pada umumnya sebuah sekolah atau lembaga pendidikan secara umum dapat dikatakan berkualitas dengan cara melihat output yang dihasilkan oleh sebuah sekolah, dalam arti kata masyarakat akan menganggap sebuah sekolah itu berkualitas apabila siswa atau peserta yang dihasilkan memiliki kualitas dan memenuhi harapan sesuai yang masyarakat inginkan.
Ukuran kualitas lulusan tidak hanya diukur dari kesiapan kognitif saja, akan tetapi ukuran seorang peserta didik bisa dikatakan berkualitas apabila dia sudah siap secara emosional, sosial, dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan, dapat mengembangkan bakat yang ada dalam dirinya, dapat memenuhi kebutuhannya secara mandiri dan juga yang paling penting yaitu kesiapan moral, siswa bisa dikatakan berkualitas jika dia memiliki moral yang baik, baik itu moral yang berlandaskan kepada norma-norma yang berlaku dalam masyarakat maupun moral yang ada dalam agama.

                     Karena manajemen bimbingan dan konseling bisa membantu sekolah dalam meningkatkan mutu dari sekolahnya itu khususnya dalam pengembangan sumber daya manusia yang ada dilingkungan sekolah. Oleh karena itu manajemen bimbingan konseling merupakan satu komponen yang sangat dibutuhkan dalam sebuah lembaga pendidikan untuk meningkatkan mutu pendidikan dari segi kesiapan sumber daya manusia.
Bimbingan dan konseling adalah upaya bantuan untuk mewujudkan perkembangan manusia secara opimal baik secara kelompok maupun individual sesuai dengan hakikat kemanusiaannya dengan berbagai potensi, kelebihan dan kekurangan, kelemahan, serta permasalahannya.
Oleh karena itu pelaksanakan manajemen bimbingan dan konseling harus dirumuskan secara siap baik dari segi program pelayanan bimbingan dan konseling, meneliti hal-hal apa sajakah yang dibutuhkan oleh para siswa, materi-materi yang harus diajarkan untuk membentuk kesiapan siswa, satuan layanan dan kegiatan dalam bimbingan dan konseling, dapat merumuskan dengan baik tatalaksana bimbingan dan konseling, dan mengevaluasi program yang telah dilaksanakan.
Manajemen bimbingan dan konseling harus dilaksanakan secara siap agar tujuan dari sebuah lembaga pendidikan yaitu menghasilkan lulusan yang berkualitas dapat tercapai dengan efektif dan efisien.
       
MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING
A.    Pengertian Manajemen Bimbingan dan Konseling
1.    Manajemen
Definisi manajemen secara etimologi dapat dilihat dari beberapa bahasa,  antara lain:
a.    Bahasa Italia yakni “maneggiare” artinya melatih kuda atau secara harfiah berarti mengendalikan (Silalahi, 1989)
b.    Bahasa Latin yakni “managiere” yang artinya melakukan, melaksanakan, mengurus sesuatu (Tanthowi, 1983)
c.    Bahasa Perancis yakni “manege” atau “manage” artinya tindakan membimbing, memimpin, mengemudikan, mengurus, menerima, dan kata manage juga berarti “tempat latihan kuda”, “penjinakan kuda” (Thantowi, 1983 dan Atmosudirjo, 1986)
d.    Bahasa Inggris yakni “management” yang bentuk infinitifnya adalah “to manage” yang berarti menangani, mengendalikan, menguasai, mengurus, menyelesaikan sesuatu (Atmosudirdjo, 1986).

                   Dapat dipahami dari seluruh penjelasan diatas walaupun dari asal yang berbeda ataupun menggunakan kata yang berbeda akan tetapi satu dengan yang lainnya memiliki makna yang sama dalam mengartikan kata manajemen yaitu mengatur, membina, memimpin, mengurus, dll.
Setelah kita mengetahui definisi manajemen secara etimologi maka akan kita jabarkan mengenai definisi manajemen dalam pandangan para ahli, bagaimana para ahli memahami kata manajemen.
a)    Oey Liang Lee: Manajemen ialah sebuah koordinasi semua sumber daya melalui proses perencanaan, pengorganisasian, penetapan tenaga kerja, pengarahan dan pengawasan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu.
b)    Johnson (1973): Manajemen ialah proses mengintegrasikan sumber-sumber yang tidak berhubungan menjadi sistem total untuk menyelesaikan suatu tujuan.
c)    James A.F. Stonner (1982): Manajemen is the process of planning, organizing, leading and controlling the efforts of organizational members and the use of other organizational resources to echieve stated organizational goals terjemahan: (Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, memimpin dan mengendalikan upaya anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya untuk echieve tujuan organisasi yang nyata)


2.    Bimbingan
                Kata kedua yang harus kita pahami yaitu kata “bimbingan”. Rumusan tentang bimbingan formal telah diusahakan sejak awal abad ke-20, yang dipelopori oleh Frank Parson pada tahun 1908.
Pengertian bimbingan jika dikaji dari sudut epistemologi. Kata bimbingan berasal dari kata Guide, bermakna menuntut, mengarahkan, menunjukkan, dan mempedomani.
Pengertian bimbingan secara terminologi, para ahli banyak ikut menuangkan pemikirannya dalam memahami kata bimbingan, antara lain:
a.    Frank Person, dalam jones 1951: Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu untuk dapat memilih, mempersiapkan diri dan memegang jabatan serta mendapatkan kemajuan dalam jabatan yang dipilihnya.
b.    Hamalik, 1992: Bimbingan disekolah merupakan aspek program pendidikan yang berkenaan dengan bantuan terhadap para siswa agar dapat menyesuaikan diri dengan situasi yang dihadapinya dan untuk merencanakan masa depannya sesuai dengan minat, kemempuan dan kebutuhan sosial.
c.    Smith, dalam McDaniel 1959: Bimbingan sebagai proses layanan yang diberikan kepada individu-individu guna membantu mereka memperoleh pengetahuan dan keterampilan-ketermpilan yang diperoleh dalam membantu pilihan-pilihan, rencana-rencana, dan interpretasi-interpretasi yang diperlukan untuk menyesuaikan diri yang baik.

Jika kita simpulkan dari semua pengertian diatas walaupun keluar dari orang yang berbeda akan tetapi tetap antara satu pendapat dengan pendapat lainnya memiliki inti yang sama. Bimbingan adalah bantuan yang diberikan untuk mengerahkan seseorang menyelesaikan masalah-masalah yang dialami atau untuk menjalani kehidupannya.

3.    Konseling
                Kata terakhir yang perlu kita pahami yaitu kata “konseling” secara etimologi, istilah konseling berasal dari bahasa latin, yaitu “consilium” yang berarti “dengan” atau “bersama” yang dirangkai dengan “menerima” atau “memahami” atau “menyampaikan”.
a)    Bernard & Fullmer, 1969: Konseling meliputi pemahaman dan hubungan individu untuk mengungkapkan kebutuhan-kebutuhan, motivasi, dan potensi-potensi yang unik dari individu dan membantu individu yang bersangkutan untuk mengapresiasi ketiga hal tersebut.
b)    Pepinsky, dalam Shertzer & Stone 1979: Konseling adalah interaksi (a) terjadi antara dua orang individu, masing-masing konselor dan klien; (b) terjadi dalam suasana yang profesional; (c) dilakukan dan dijadikan sebagai alat memudahkan perubahan-perubahan dalam tingkah laku klien.
Konseling berarti kontak atau hubungan timbal balik antara dua orang (konselor dan klien) untuk menangani masalah klien, yang didukung oleh keahlian dan dalam suasana yang laras dan integrasi berdasarkan norma-norma yang berlaku untuk tujuan yang berguna bagi klien.

B.    Tujuan Manajemen Bimbingan dan Konseling
Tujuan dari di laksanakannya manajemen bimbingan dan konseling ada lima yang dikutip dari Syahril dan Riska Ahmad, antara lain: 
1.    Untuk Mengenal diri sendiri dan lingkungan: Agar peserta didik  dapat mengenali kekuatan dan kelemahan yang ada dalam dirinya sehingga dia dapat meyesuaikan dirinya dengan lingkungan. 
2.    Untuk menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan dinamis: Diharapkan peserta didik dapat menerima keadaan yang ada pada dirinya.
3.    Untuk dapat mengambil keputusan sendiri: Diharapkan seseorang dapat mandiri dalam mengambil keputusan sendiri untuk memenuhi kebutuhan dalam kebutuhannya dangan konsekuensi yang dapat dipertanggung jawabkan.
4.    Untuk dapat mengarahkan diri sendiri: Diharapkan peserta didik dapat mangarahkan dirinya menurut bakat dan juga minat yang ada dalam dirinya.
5.    Untuk dapat mewujudkan diri sendiri: Diharapkan peserta didik dapat merealisasikan dirinya dalam bentuk nyata sebagai sebuah wujud rasa percaya diri yang ada pada individu tersebut.

TAHAP-TAHAP MANAJEMEN BK
(Pengembangan Program,Implementasi Program,Hingga Evaluasi).

Perencanaan(Planning)
Secara garis besar perencanaan dalam BK mengandung dua Aspek penting yaitu tujuan(goals, objectives, purpose) dan membuat perencanaan menjadi operasional dalam bentuk kebijakan, prosedur, jadewal, dan metode (operating plans). Dua aspek perencanaan BK tersebut melibatkan beberapa aktivitas penting : identivikasi kebutuhan,analisis situasi,merumuskan, dan  meninjau berbagai alternative pemecahan masalah, memilih alternative pemecahan masalahyg sesuaidg kondisi dan kemampuan (Hatc,1958).

a)    Identifikasi kebutuhan kelompok penerima layanan(siswa, orang tua, sesama pendidik, komunitas). Proses menggali data memakai berbagai macam teknik dan alat ungkap data baik berupa tes standar, koesioner, wawancara, observasi, analisis dokumen, catatan anekdot, catatan observasi).

Data yang penting untuk dijadikan dasar mengidentifikasi kebutuhan siswa antara lain ;
a.    intelegensi, prestasi belajar, bakat, riwayat pendidikan, kepribadian, minat, aspirasi karir, hobi, catatan  kesehatan, kemampuan ekonomi.
b.    Data latar belakang social budaya seperti etnisitas, keluarga asal, komunitas asal.

b)    Analisis kebutuhan(need analys)
         Analisis kebutuhan adalah proses mengurai berbagai macam kondisi yang berkaitan dg keinginan dan gejala masalah yg sudah digali sehingga ditemukan akar masalah paling mendasar.
      Berdasarkan identifikasi  kebutuhan dirumuskan tujuan dan macam-macam strategi yg tepat untuk mencapai tujuan tersebut
Tujuan program BK komprehensif akan dijadikan dasar untuk membuat ukuran keberhasilan program(indicator). Indikator keberhasilan program ini akan menjadi titik tolak ukuran keberhasilan program BK. Evaluasi program BK akan berpijak pada indicator tersebut.



c)    Merumuskan alternative pemecahan masalah (reviews of alter natives).
          Proses ini adalah semacam brainstorming untuk mengungkap macam-macam strategi yg mungkin dapat dilakukan.

d)    Memilih alternative strategi pemecahan masalah hingga strategi pengembangan
Strategi pemecahan masalah yg ditempuh harus dipilih yg paling sesuai dengan kondisi nyata sekolah. Hal-hal yg harus dipertimbangkan adalah ketersediaan sumberdaya, kondisi manajemen sekolah yg mempengaruhi ruang gerak BK disekolah ( misalnya apakah sekolah mengalokasikan jam BK secara klasikal ).

Dengan mempedomani manajemen Bimbingan Konseling di sekolah untuk mengelola keseluruhan kegiatan Bimbingan Konseling sedemikian rupa sehingga mencapai tujuan yakni membantu mengembangkan dan mengatasi masalah siswa dalam mencapai tugas – tugas perkembangannya, dengan mengelola manajemen Bimbingan Konseling disekolah mulai dari perencaaan,pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan dapat membantu perkembangan individu secaraoptimal baik di sekolah maupun diluar sekolah

DAFTAR PUSTAKA

Djumhur I. Dan Moh. Surya. (1975). Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah.Bandung : Pustaka Ilmu.
Elisabeth.B.Hurlonk, (1980), Psikologi perembangan, Jakarta : Erlangga
Dewa Ketut Sukardi. (1990). Bimbingan Penyuluhan di Sekolah.Jakarta : Rineka Cipta.
Sumadi Suryabrata, (1990), Psikologi kepribadian, Jakarta : RajawalAbu Ahmadi. (1991), Ilmu
Pendidikan.Jakarta : Rineka Cipta.
Singgih DG. (1992) Konseling dan Psikoterapi.Jakarta : PT BPK Gunung Mulia.

Ee Ah Meng.(1997). Pekhidmatan Bimbingan dan Konseling. Shah Alam : Siri Pendidikan
Fajar Bakhi.
Prayitno.(1997). Pelayanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah Umum.Jakarta : Ikrar Mandiria Abadi.
Singgih DG. (1992) Konseling dan Psikoterapi.Jakarta : PT BPK Gunung Mulia.
Sudarsono.(1997). Kamus konseling.Jakarta : Rineka CiptDjamrah Syaiful Bahri
Aswan Zain.(1997). Strategi Belajar Mengajar.Jakarta : Rineka Cipta.
Santrock. J. W. (2002). Perkembangan Masa Hidup (Alih bahasa Achmad Chusairi. Jakarta : Erlangga.
sumber
uman suherman. manajeman bimbingan dan konseling di sekolah.
Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, ( Jakarta: RINEKA CIPTA, 2008), hlm. 1



Rabu, 12 Juni 2013

posisi Bimbingan dan Konseling di Ranah Pendidikan

temen-temen inget gak iklan gery coklat ? ada salah satu kalimat yang berbunyi seperti ini hlo "haaaa pacaran sama GURU BK ?"

nah sebenarnya apa sih bimbingan konseling itu ? dan bagaimana posisi BK di ranah pendidikan ?
nah untuk lebih lanjutnya silakan baca artikel di bawah ini :)

bimbingan adalah salah satu layanan yang diberikan oleh seorang ahli kepada individu (peserta didik) agar dengan potensi yang dimiliki mampu mengembangkan diri secara optimal dengan jalan memahami diri, memahami lingkungan, serta menentukan rencana masa depan yang lebih baik.
sedangkan konseling adalah suatu bantuan yang dilakukan secara tatap muka oleh seorang yang ahli di bidang konseling (konselor) terhadap individu yang mengalami suatu permasalahan agar masalah yang dihadapi oleh siswa dapat teratasi sehingga individu atau kelompok individu itu dapat memahami dirinya sendiri untuk mencapai perkembangan yang optimal, mandiri serta dapat merencanakan masa depan yang lebih baik untuk mencapai kesejahteraan hidup.

nah lalu bagaimana posisi BK dalam ranah pendidikan ?
Dalam Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi yang didalamnya memuat struktur kurikulum, telah mempertajam perlunya disusun dan dilaksanakannya program pengembangan diri yang bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga pendidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan pelayanan Bimbingan dan Konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi, kehidupan social, belajar, dan pengembangan karir peserta didik.
Dalam permendiknas Nomor 23 tahun 2006 dirumuskan SKL yang harus dicapai peserta didik melalui proses pembelajaran bidang studi, maka kompetensi peserta didik yang harus dikembangkan melalui pelayanan bimbingan dan konseling adalah kompetensi kemandirian untuk mewujudkan diri (self actualization) dan pengembangan kapasitasnya (capacity development) yag dapat mendukung pencapaian kompetensi lulusan. Sebaliknya, kesuksesan peserta didik dalam mencapai SKL akan secara signifikan menunjang terwujudnya pengembangan kemandirian.
Pendidikan merupakan aset yang tak ternilai bagi individu dan masyarakat.  Pendidikan tidak pernah dapat dideskripsikan secara gamblang hanya dengan mencatat banyaknya jumlah siswa, personel yang terlibat, harga bangunan, dan fasilitas yang dimiliki. Pendidikan memang menyangkut hal itu semua, namun lebih dari itu semuanya. Pendidikan merupakan proses yang esensial untuk mencapai  tujuan dan cita-cita pribadi individu (siswa).

Ketiga bidang utama pendidikan di atas lebih lanjut dijelaskan sebagai berikut:
1. Bidang Administrasi dan Kepemimpinan
Bidang ini menyangkut kegiatan pengelolaan program secara efisien. Pada bidang ini terletak tanggung jawab kepemimpinanan (kepala sekolah dan staf administrasi lainnya) yang terkait dengan kegiatan perencanaan organisasi, deskripsi jabatan atau pembagian tugas,  pembiayaan, penyediaan fasilitas atau sarana prasarana (material), supervisi, dan evaluasi program.
2.    Bidang intruksional dan kurikuler
Bidang ini terkait dengan kegiatan pengajaran yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan, keterampilan, dan pengembangan sikap. Pihak yang bertanggung jawab secara langsung terhadap bidang ini adalah para guru.
3.    Bidang Pembinaan Siswa (Bimbingan dan Konseling)
Bidang ini terkait dengan program pemberiaan layanan bantuan kepada peserta didik (siswa) dalam upaya mencapai perkembangannya yang optimal, melalui  interaksi yang sehat dengan lingkungannya. Personel yang paling bertanggung  jawab terhadap pelaksanaan bidang ini adalah guru pembimbing atau konselor.
Dalam keseluruhan kegiatan pendidikan khususnya pada tatanan persekolahan, layanan bimbingan dan konseling mempunyai posisi dan peran yang cukup penting dan strategis. Bimbingan dan konseling berperan untuk memberikan layanan kepada siswa agar dapat berkembang secara optimal melalui proses pembelajaran secara efektif. Untuk membantu siswa dalam proses pembelajaran, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan pribadi agar dapat membantu keseluruhan proses belajarnya. Dalam kaitan ini para pembimbing diharapkan untuk:
  • Mengenal danmemahami setiap siswa baik secara individual maupu kelompok,
  • Memberikan informasi-informasi yang diperlukan dalam proses belajar,
  • Memberi kesempatan yang memadai agar setiap siswa dapat belajar sesuai dengan karakteristik  pribadinya,
  • Membantu setiap siswa dalam menghadapi masalah-masalah pribadi yang dihadapinya,
  • Menilai keberhasilan setiap langkah kegiatan yang telah dilakukan.
 

Jumat, 19 April 2013

Persiapan Dan Pelaksanaan Layanan Bimbingan Kelompok


A.    Pendahuluan
Kiprah bimbingan dan konseling dewasa ini tidak lagi hanya terbatas pada lingkungan pendidikan sekolah, melainkan menjangkau seting luar sekolah dan masyarakat. Dalam era kesejagatan saat ini, individu dituntut agar selalu mengembangkan dan/atau memperbaiki kecakapannya dalam memilih informasi agar dapat mengambil keputusan secara tepat. Pengembangan dan/atau perbaikan kecakapan semacam ini perlu dilakukan secara terus menerus dalam bebagai aspek kehidupan melalui proses belajar sepanjang hayat. Konseling merupakan wahana pelayanan yang mampu memfasilitasi individu dan kelompok untuk menghadapi perubahan yang pesat dan ragam informasi yang amat kompleks.
Pelayanan konseling yang diluncurkan dengan kerangka kerja kelompok dapat berbentuk Layanan Konseling  Kelompok (KKp) atau Layanan Bimbingan Kelompok (BKp). Kondisi riil di lapangan menunjukkan adanya bahwa Layanan KKp dan/atau BKp ini semakin menjadi unggulan dan primadona dalam keseleruhan penyelenggaraan program konseling.
Konsekuensi logis dari perspektif di atas adalah adanya tuntutan pelayanan KKp dan atau BKp  yang profesional. Konseling, dalam bentuk perorangan atau kelompok, esensinya  merupakan proses bantuan untuk mengentaskan masalah yang terbangun dalam suatu hubungan tatap muka antara dua orang individu (klien yang mengahadapi masalah dengan konselor yang memiliki kualifikasi yang dipersyaratkan). Bantuan dimaksud diarahkan agar klien mampu memecahkan masalah yang dihadapinya dan mampu tumbuh kembang ke arah yang dipilihnya, sehingga klien mampu mengembangkan dirinya ke arah peningkatan kualitas kehidupan sehari-hari yang efektif (effektive daily living). Hubungan dalam proses konseling terjadi dalam suasana profesional dengan menyediakan kondisi yang kondusif bagi perubahan dan pengembangan diri klien.
Konseling profesional merupakan layanan terhadap klien yang dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan dapat dipertanggungjawabkan dasar keilmuan dan teknologinya. Penyelenggaraan konseling profesional bertitik tolak dari teori dan/atau pendekatan-pendekatan yang dijadikan sebagai dasar acuannya.
Implikasi dari tuntutan ini adalah, para calon konselor profesional perlu dipersiapkan melalui pembekalan terprogram untuk memperoleh pengalaman mengelola KKp dan/atau BKp secara langsung dengan sejumlah kelompok klien yang bervariasi.
Untuk mendapatkan proses yang maksimal dalam pelaksanaan bimbingan konseling kelompok, maka dibutuhkan perencanaan program layanan yang matang. Tidak hanya itu langkah-langkah yang harus ditempuh dalam proses pelaksanaan bimbingan konseling kelompok pun hendaknya telah dipersiapkan dengan matang oleh konselor, bahkan hingga proses tindak lanjut sekali pun.

B.    PEMBAHASAN
1.    Langkah awal
Langkah awal diselenggarakan dalam rangka pembentukan kelompok sampai dengan mengumpulkan para peserta yang siap melaksanakan kegiatan kelompok. Langkah awal dimulai dengan penjelasan tentang adanya layanan bimbingan kelompok bagi para siswa. Penjelasan ini berisi tentang pengertian, tujuan dan kegunaan secara umum layanan tersebut. Setelah penjelasan ini diharapkan dapat menghasilkan kelompok-kelompok yang langsung merencanakan waktu dan tempat untuk menyelenggarakan kegiatan bimbingan kelompok yang sebenarnya.
Anggota dari bimbingan kelompok terdiri dari 10-15 orang dari keseluruhan siswa asuh guru pembimbing yang sebanyak 150 orang. Dengan demikian akan terbentuk 10-15 kelompok yang masing-masing akan menjadi wadah, sasaran dan sekaligus aktor-aktor dalam penyelenggaraan layanan bimbingan kelompok.
Peranan guru pembimbing dalam tahap ini hendaklah benar-benar aktif. Ini tidak berarti bahwa guru pembimbing berceramah atau mengajarkan apa yang seharusnya dilakukan oleh anggota kelompok. Guru pembimbing perlu melakukan : (a) penjelasan tentang tujuan kegiatan, (b) penumbuhan rasa saling mengenal antar anggota, (c) penumbuhan sikap saling mempercayai dan saling menerima, dan (d) pembahasan tentang tingkah laku dan suasana perasaan dalam kelompok.
Setelah pembentukan kelompok kemudian dimulai dengan pertemuan pertama yang disebut peran serta. Di sini guru pembimbing kelompok perlu melakukan langkah-langkah sebagai berikut :

a.    Perkenalan
Guru pembimbing terlebih dahulu memperkenalkan diri kepada anggota kelompok, kemudian guru pembimbing meminta masing-masing anggota memperkenalkan diri atau guru pembimbing memperkenalkan masing-masing anggota. Jika masing-masing anggota kelompok sudah saling mengenal, maka yang dilakukan guru pembimbing adalah meningkatkan kualitas hubungan antar anggota kelompok.
b.    Pelibatan Diri
Guru pembimbing menjelaskan pengertian dan tujuan yang ingin dicapai memlalui kegiatan kelompok. Guru pembimbing memunculkan dirinya sehingga tertangkap oleh para anggota sebagai orang yang benar-benar bisa dan bersedia membantu para anggota kelompok mencapai tujuan mereka. Konselor harus mampu menumbuhkan sikap kebersamaan, perasaan sekelompok, suasana bebas, terbuka, saling percaya, saling menerima, saling membantu diantara para anggota.
c.    Agenda
Agenda adalah tujuan yang ingin dicapai di dalam kelompok. Agenda dapat dibagi menjadi agenda jangka panjang dan jangka pendek. Agenda jangka panjang yaitu tujuan yang ingin dicapai oleh anggota kelompok setelah kelompok selesai. Agenda jangka pendek yaitu agenda untuk hari itu atau pertemuan itu. 


d.    Norma Kelompok
Rochman Natawidjaya (1987) menyatakan bahwa kerahasiaan merupakan persoalan pokok yang paling penting dalam konseling kelompok. Ini bukan hanya berarti bahwa guru pembimbing harus memelihara kerahasiaan tentang apa yang terjadi dalam konseling kelompok itu, melainkan guru pembimbing, sebagai pemimpin harus menekankan pada semua peserta pentingnya pemeliharaan kerahasiaan itu. Apa yang terjadi didalam kelompok dilarang dibicarakan di luar kelompok dengan orang lain.
e.    Penggalian Ide dan Perasaan
Sebelum pertemuan pertama berakhir perlu digali ide-ide maupun perasaan-perasaan yang muncul. Usul-usul perlu ditampung, demikian pula perasaan yang masih menganjal perlu diungkapkan sebelum dilanjutkan pada langkah berikutnya. Hal ini penting untuk menjaga rasa positif anggota terhadap kelompok.

2.    Perencanaan kegiatan
Perencanaan kegiatan layanan meliputi
1.    Materi layanan (hanya materi bimbingan kelompok tugas yang dapat ditetapkan terlebih dahulu, sedangkan materi bimbingan keompok yang bersifat kelompok bebas akan muncul secara bebas dalam pelaksanaan kegiatan.)
2.    Tujuan yang ingin dicapai, yaitu tujuan bimbingan kelompok.
3.    Sasaran kegiatan, yaitu kelompok yang dimaksudkan.
4.    Bahan atau sumber bahan untuk kelompok tugas, mungkin ada bahan-bahan tertentu yang perlu disiapkan oleh Guru Pembimbing.
5.    Rencana penilaian.
6.    Waktu dan tempat.



3.    Pelaksanaan kegiatan
Setelah perencanaan kegiatan disusun dengan matang, langkah selanjutnya yaitu Pelaksanaan Kegiatan. Dalam Pelaksanaan Kegiatan ini dibagi menjadi dua tahap, yaitu :
1)    Persiapan Pelaksanaan
Persiapan Pelaksanaan merupakan tahap pertama dari proses Pelaksanaan Kegiatan. Persiapan Pelaksanaan dilaksanakan melalui :
a.    Persiapan menyeluruh
Persiapan untuk pelaksanaan layanan bimbingan kelompok atau konseling kelompok meliputi :
(1)    Persiapan fisik
Persiapan fisik di sini yang dimaksudkan yaitu persiapan mengenai tempat yang akan dipergunakan dalam bimbingan kelompok atau konseling kelompok itu, dan persiapan mengenai kelengkapan yang dibutuhkan selama proses bimbingan kelompok atau konseling kelompok itu berlangsung. Tempat yang digunakan dalam bimbingan kelompok diharapkan senyaman mungkin, agar pelaksanaan bimbingan kelompok dapat berjalan dengan lancar.
(2)    Persiapan bahan
Persiapan bahan dikhususkan untuk kelompok tugas. Kelompok tugas yaitu kelompok yang mendapatkan tugas dalam pelaksanaan bimbingan kelompok atau konseling kelompok.
(3)    Persiapan keterampilan
Seorang Guru Pembimbing (pemimpin kelompok)  yang akan  melaksanakan bimbingan kelompok diperlukan adanya persiapan keterampilan untuk mengelola bimbingan kelompok dengan baik agar bimbingan kelompok dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
(4)    Persiapan administrasi
Persiapan administrasi merupakan persiapan yang diperlukan sebelum pelaksanaan bimbingan kelompok atau konseling kelompok berlangsung. Persiapan administrasi harus dilengkapi oleh Guru Pembimbing yang akan melaksanakan bimbingan kelompok dan peserta dalam bimbingan kelompok.
b.      Persiapan Keterampilan
Mengenai persiapan keterampilan untuk penyelenggaraan bimbingan dan konseling kelompok Guru Pembimbing diharapkan mampu melaksanakan tehnik-tehnik sebagai berikut :
(1)   Tehnik Umum
(a)    “Tiga M”, yaitu mendengar dengan baik, memahami secara penuh, dan merespon secara tepat dan positif.
(b)   Dorongan minimal (dormin)
Dorongan mininal (dormin) salah satu keterampilan yang harus dimiliki Guru Pembimbing dalam pelaksanaan bimbingan kelompok atau konseling kelompok. Dorongan minimal ini diberikan oleh Guru Pembimbing kepada peserta bimbingan kelompok atau konseling kelompok, untuk memberikan motivasi atau dorongan kepada peserta bimbingan kelompok agar beraktivitas secara aktif dalam bimbingan kelompok.

(c)   Penguatan
Penguatan diberikan oleh Guru Pembimbing kepada peserta bimbingan kelompok untuk menguatkan anggota apabila anggota hendak melakukan sesuatu atau mengemukakan pendapatnya.
(d)  Keruntutan
Seorang Guru Pembimbing yang hendak melaksanakan bimbingan kelompok, terlebih dahulu membuat daftar pelaksanaan bimbingan kelompok, dari awal sampai akhir. Hali ini dimaksudkan agar dalam pelaksanaan bimbingan kelompok dapat berjalan dengan lancar dan runtut tidak simpang siur.
(2)   Keterampilan memberikan tanggapan :
(a)   Mengenal perasaan peserta
Sebagai seorang Guru Pembimbing diharapkan memiliki rasa empati dalam dirinya, rasa empati ini bertujuan agar Guru Pembimbing dapat merasakan apa yang sedang dirasakan oleh anggota bimbingan kelompok sehingga Guru Pembimbing dapat mengenal perasaan anggota bimbingan kelompok.
(b)   Mengungkapkan perasaan sendiri
Pemimpin kelompok diharapkan dapat mengendalikan emosi yang ada dalam dirinya. Apa yang terjadi dalam bimbingan kelompok tidak harus disamakan dengan pengalaman pribadinya.
(c)   Merefleksikan
Pemimpin kelompok mempu merefleksikan atau memberikan contoh atas apa yang telah dibahas kepada anggota kelompok.
(3)   Keterampilan memberikan pengarahan :
(a)   Memberikan informasi
Dalam bimbingan kelompok hal yang dikemukakan oleh kelompok adalah mengenai topik umum, maka sebagai pemimipin dalam bimbingan kelompok dituntut untuk memberikan informasi yang aktual yang sedang hangat-hangatnya dibicarakan dalam publik, sehingga anggota kelompok mampu mempertimbangkan hal apa yang nantinya akan dibahas.
(b)   Memberikan nasihat
Dalam bimbingan kelompok diperbolehkan seorang Guru Pembimbing memberikan nasihat kepada anggota kelompok, ahal ini bertujuan agar pelaksanaan bimbingan kelompok dapat berjalan dengan kondusif.
(c)   Bertanya secara langsung dan terbuka
Pemimpin kelompok memberikan pengarahan kepada anggota kelompok apabila ada sesuatu hal yang dirasa kurang  jelas dan kurang dipahami dalam pembahasan topik bimbingan kelompok, anggota kelompok dapat menanyakan langsung dan secara terbuka dengan mengangkat tangan terlebih dahulu.
(d)  Mempengaruhi dan mengajak
Anggota kelompok dalam bimbingan kelompok  tak semuanya bersifat aktif, maka dari itu sebagai pemimpin kelompok harus dapat mempengaruhi dan mengajak anggota kelompok yang pasif agar dapat mengikuti bimbingan kelompok dengan aktif.
(e)   Menggunakan contoh pribadi
Apabila dalam pelaksanaan bimbingan kelompok dibutuhakan contoh untuk memperjelas topik yang dibahas, mungkin pemimpin kelompok dapat memberikan contoh yang ada pada dirinya.
(f)    Memberikan penafsiran
Pemimpin kelompok memberikan penafsiran tentang apa yang diutarakan oleh anggota kelompok.

(g)   Mengkonfrontasikan
Teknik ini dikenal juga dengan “ memperhadapkan “. Teknik konfrontasi adalah suatu teknik yang menantang klien untuk melihat adanya inkonsistensi (tidak konsisten) antara perkataan dengan perbuatan, ide awal dengan ide berikutnya, senyum dengan kepedihan. Misalnya anggota kelompoks menceritakan hal-hal yang sedih tetapi sambil tertawa dan tersenyum gembira.
(h)   Mengupas masalah
Dalam bimbingan kelompok bukan permasalahan yang akan dibicarakan tetapi mengenai topik umum yang ada di sekitar kita. Topik umum itu ditentukan oleh anggota kelompok, setelah topik ditentukan, sebagai pemimpin kelompok hendaknya memimpin dan mengarahkan anggota kelompok untuk mengupas masalah yang menjadi topik dalam bimbingan kelompok tersebut.
(i)     Menyimpulkan
Setelah pembahasan topik itu selesai , tugas Pemimpin kelompok yang selanjutnya adalah menyimpulkan dari hasil pembahasan tersebut dan disampaikan kepada semua anggota kelompok.
                        Corey (1981: 113-115) mengemukakan pandangan-pamdangan keterampilan kepemimpinan kelompok sebagai berikut :
Keterampilan    Deskripsi    Tujuan dan Hasil yang diinginkan
Mendengar aktif    Memperhatikan aspek-aspek verbal dan nonverbal dari komunikasi tanpa penilaian dan evaluasi    Untuk membangkitkan kepercayaan dan mengungkapkan diri klien dan eksplorasi
Merefleksi    Mengatakan dengan kata-kata yang agak berbeda apa yang dikatakan peserta untuk kejelasan maknanya    Untuk menentukan apakah pemimpin telah memahami dengan tepat pernyataan klien; untuk memberikan dukungan dan penjelasan
Menjelaskan    Memahami esensi pesan menurut tingkat perasaan dan pikiran; menyederhanakan pernyataan klien dengan berfokus pada isi pesan    Membantu klien memisahkan yang bertentangan, dan perasaan, pikiran yang langsung; untuk mencapai pengertian yang bermakna tentang apa yang sedang disampaikan
Merangkum    Menguasai kesamaan-kesamaan pernyataan-pernyataan klien dri suatu interaksi atau session    Untuk menghindarkan fragmentasi dan memberikan bimbingan atas satu session, memberikan kontiunitas dan makna
Menjelaskan pertanyaan    Mengajukan pertanyaan terbuka yang menuntun eksplorasi diri tentang “apa” dan “bagaimana” kita berperilaku    Untuk mengundang klien berdiskusi lebih lanjut; memperoleh informasi, merangsang pikiran; untuk memperluas uraian dan fokus untuk melangkah ke eksplorasi diri lebih lanjut
Menginterpretasikan    Memberikan penjelasan-penjelasan yang tepat atas perilaku, perasaan, dan pemikiran    Untuk mendorong eksplorasi diri lebih dalam; untuk memberikan perspektif baru pertimbangan dan pemahaman perilaku seseorang
Mengkonfrontasikan    Menantang peserta untuk melihat ketidak sesuaian-ketidak sesuaian antara kata dan tindakan mereka/isyarat tubuh dan komunikasi lisan; menunjukkan informasi atau pesan yang bertentangan    Untuk mendorong penyelidikan diri yang jujur; untuk mengembangkan penggunaan potensi sepenuhnya; untuk menumbuhkan kesadaran tentang penyangkalan diri
Merefleksi perasaan    Menyampaikan pemahaman tentang kandungan perasaan-perasaan    Untuk membiyarkan anggota mengetahui bahwa mereka didengar dan mengerti melebihi tingkatan kata-kata
Mendukung    Memberikan dorongan dan penguatan    Untuk menciptakan suasana yang memberikan dukungan yang mendorong anggota untuk meneruskan perilaku yang diinginkan; untuk memberikan bantuan bila klien sedang menghadapi perjuangan yang sukar; untuk menimbulkan kepercayaan
Memberi penegasan    Memperkenalkan kepada klien dengan menerima kerangka referensi mereka    Untuk membantu kepercayaan dalam hubungan terapeutik; untuk menyampaikan pemahaman; untuk mendorong melancarkan eksplorasi diri lebih dalam
Memperlancar    Memulai komunikasi yang jelas dan langsung dalam kelompok; membantu anggota memikul tanggung jawab yang meningka menurut petunjuk kelompok    Untuk memajukan komunikasi yang efektif antar angggota; untuk membantu anggota mencapai tujuan-tujuan mereka sendiri dalam kelompok
Memprakarsai    Mengambil tindakan untuk membangkitkan partisipasi kelompok dan untuk memperkenalkan petunjuk baru pada kelompok    Untuk mencegah kelompok yang meraba-raba yang tidak berguna; untuk memperluas langkah-langkah proses kelompok
Menetapkan tujuan    Merencanakan tujuan-tujuan khusus bagi proses kelompok dan membantu peserta menetapkan tujuan-tujuan konkrit dan bermakna    Untuk memberikan arah kepada aktivitas-aktivitas kelompok; untuk membantu anggota-anggota memilih dan mengklasifikasikan tujuan mereka
Mengevaluasi    Menilai terus-menerus proses kelompok dan dinamika individu dan kelompok    Untuk mengembangkan kesadaran diri yang lebih mendalam dan pemahaman yang lebih baik tentang gerak dan arah kelompok.
Memberikan umpan balik    Mengungkapkan reaksi-reaksi konkrit dan jujur berdasarkan pada observasi perilaku anggota-anggota    Untuk memberikan/menawarkan pandangan eksternal tentang bagaimana seseorang tampak kepada orang lain; untuk mengembangkan kesadaran diri klien.
Menganjurkan    Memberikan nasehat dan informasi, arahan-arahan dan ide-ide tentang perilaku baru    Untuk membantu anggota mengembangkan alternative jalan pemikiran dan tindakan
Melindungi    Berusaha melindungi anggota dari resiko-resiko psikologis yang tidak perlu dalam kelompok    Untuk memperingatkan anggota dari resiko-resiko karena partisipasi kelompok; untuk mengurangi resiko-resiko ini
Menyiapkan diri    Menyatakan reaksi-reaksi seseorang terhadap peristiwa-peristiwa di sini dan kini dalam kelompok    Untuk meningkatkan mutu/tingkat-tingkat interaksi lebih mendalam dalam kelompok; untuk menimbulkan kepercayaan; untuk memperagakan cara-cara mengungkapkan dirinya sendiri pada orang lain
Memperagakan    Mendemonstrasikan perilaku yang dikehendaki melalui tindakan    Untuk memberikan contoh-contoh tentang perilaku yang dikehendaki; untuk memberikan semangat mengembangkan potensi-potensi mereka secara lengkap
Menghadapi kebisuan/kebungkaman    Menghentikan komunikasi verbal dan non verbal    Mengijinkan refleksi dan perpaduan; untuk mempertajam fokus; mengintregasikan materi yang kuat secara emosional; untuk membantu kelompok memanfaatkan akalnya/pikirannya sendiri
Memblokir    Menghalangi untuk menghentikan perilaku kontra-produktif dalam kelompok    Untuk melindungi anggota guna mempertinggi arus proses kelompok
Mengakhiri    Mempersiapkan kelompok mengakhiri session atau mengakhiri ceritanya    Untuk mempersiapkan anggota merencana, mempersatukan, dan menggunakan pengetahuan sendiri untuk kehidupannya sehari

2.      Pelaksanaan tahap-tahap kegiatan
Pada tahap pelaksanaan kegiatan terletak pada waktu dan tempat, dan dengan para peserta sebagaimana telah direncanakan dimulai kegiatan bimbingan kelompok atau konseling kelompok yang sebenarnya. Tahap-tahap kegiatan, dari tahap 1 sampai dengan tahap IV. Pada pertemuan kelompok yang pertama kali, biasanya tahap I memerlukan waktu yang cukup panjang. Pada tahap ini para peserta yang baru pertama ketemu benar-benar dibentuk menjadi kelompok yang cukup solid sehingga dinamika kelompok yang berkembang diantara mereka selanjutnya akan dimanfaatkan untuk mencapi tujuan-tujuan bimbingan dan konsiling. Untuk itu diperlukan waktu yang cukup lama dengan kegiatan yang bervariasi.
Tahap II merupakan jembatan antara tahap I dan tahap III. Berapa lama tahap II berlangsung banyak tergantung pada keberhasilan tahap I. Apabila tahap I sudah berhasil dengan baik, tahap II seringkali hanya sekedar mengulangi dan memantapkan penjelasan tentang beberapa aspek pokok yang ada dalam tap III. Apabila tahap I kurang mantap, boleh jadi dalam tahap II akan timbul ketidak seimbangan diantara peserta. Apabila ketidak seimbangan terjadi, barangkali pemmmpin kelompok perlu kembali kepada aspek-aspek penting tertentu pada tahap I.
Tahap III merupakan inti dari keseluruhan kegiatan layanan bimbingan kelompok dan konseling kelompok. Tahap ini sering disebut tahap kerja. Dari tahap ini akan diperoleh hasi-hasil yang diharapkan, yaitu mengembangkan pribadi dan perolehan kerja yang mencakup aspek-aspek kognitif, afektif, konatif, dan berbagai pengalaman serta alternatif pemecahan masalah. Dalam tahap ini seluruh peserta diminta untuk “bekerja”, mengembangkan pikiran, memberikan sokongan dan dorongan, bertanya dan akan memberikan penjelasan, penjelasan dan usul, bahkan memberikan nasihat dan alternatif jalan keluar untuk pemecahan suatu masalah. Tahap III ini, biasanya para peserta meminta agar lebih banyak topik atau masalah dapat dibahas dalam pertemuan mereka itu.
Tahap IV merupakan antiklimaks dari seluruh kegiatan, pada tahap ini kegiatan menyurut. Semangat yang tadinya pada tahap III menggebu-gebu sekarang mengendor. Segala sesuatu menuju kepada pengakhiran kegiatan. Pada tahap ini pemimpin kelompok meminta kesan-kesan dari para peserta, dan akhirnya kesan-kesan ini dikaitkan dengan kemungkinan petemuan berikutnya. Usul-usul peserta yang menghendaki segera adanya pertemuan lagi, apalagi kalau pertemuan kembali itu dikehendaki supaya lebih cepat, menunjukkan betapa kegiatan bimbingan kelompok telah membuahkan sesuatu yang berharga bagi peserta yang bersangkutan.          
D.    Evaluasi kegiatan
Penilaian kegiatan bimbingan kelompok tidak ditujukan kepada “hasil belajar” yang berupa penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang diperoleh para peserta,melainkan diorientasikan kepada perkembangan pribadi siswa dan hal-hal yang dirasakan oleh mereka berguna. Isi kesan-kesan yang diungkapkan oleh para peserta merupakan isi penilaian yang sebenarnya
Penilaian terhadap bimbingan kelompok dilakukan secara tertulis,baik melalui essay,daftar cek maupun daftar isian sederhana. Secara tertulis peserta diminta mengungkapkan perasaannya,  pendapatnya, harapannya, minat dan sikapnya terhadap berbagai hal,baik yang telah dilakukan selama kegiatan kelompok maupun kemungkinan keterlibatan  mereka untuk kegiatan serupa selanjutnya. Peserta juga diminta untuk mengemukakan (baik lisan maupun tertulis) tentang hal-hal yang paling berharga dan atau kurang mereka senangi selama kegiatan berlangsung.
Penilaian terhadap layanan bmbingan kelompok dan hasil-hasilnya tidak bertitik tolak dari criteria benar-salah,namun berorientasi pada perkembangan yaitu mengenali kemajuan atau perkembangan positif yang terjadi pada diri peserta kegiatan. Penilaian terhadap layanan tersebut lebih bersifat penilaian “dalam proses” yang dapat dilakukan melalui:
1.      Mengamati partisispasi dan aktivitas peserta selama kegiatan berlangsung
2.      Mengungkapkan pemahaman peserta atas materi yang dibahas
3.      Mengungkapkan kegunaan layanan bagi mereka dan perolehan mereka sebagai hasil dari keikutsertaan  mereka
4.      Mengungkapkan minat dan sikap mereka tentang kemungkinan kegiatan lanjutan
5.      Mengungkapkan kelancaran proses dan suasana penyeenggaraan layanan
Hasil penilaian berupa deskripsi yang menyangkut aspek-aspek proses dan isi penyelenggaraan bimbingan kelompok baik yang menyangkut penyelenggaraan itu sendiri maupun pesertanya.
E.     Analisis dan Tindak Lanjut
Hasil penilaian kegiatan layanan perlu perlu dianalisis untuk mengetahui lebih lanjut seluk beluk kemajuan para peserta dan seluk-beluk penyelenggaraan layanan. Perlu dikaji apakah hasil-hasil pembahasan atau pemecahan masalah sudah dilakukan sedalam atau setuntas mungkin, atau sebenarnya masih ada aspek-aspek penting yang belum dijangkau dalampembahasan itu. Dalam analisis itu Guru Pembimbing sebagai pemimpin dan pembimbing kelompok perlu meninjau kembali :
a.       Penumbuhan dan jalannya dinamika kelompok.
b.      Peranan dan aktivitas sebagai peserta.
c.       Homogenitas/heteregonitas anggota kelompok.




Daftar Pustaka

Sukari, Ketut., Dan Nila Kusmawati. 2008. Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta : PT Rhineka Cipta.
Prayitno., Amti, Erman. 2008. DASAR-DASAR BIMBINGAN KONSELING. Jakarta : PT Rhineka Cipta.
Prayitno. 1997. PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING. Seri Pemandu Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah.
Hikmawati, Fenti. 2011. Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Rajawali Pers.
Hartinah, Sitti. 2009. KONSEP DASAR BIMBINGAN KELOMPOK. Bandung : Refika Aditama
Ermawan, Yan. 2011. PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN BIMBINGAN KELOMPOK. from : http://yanermawan.blogspot.com/2011/07/persiapan-dan-pelaksanaan-layanan.html di akses pada tanggal 1 november 2012

Sabtu, 30 Maret 2013

Pemimpin Kelompok

Pemimpin Kelompok


  1. Syarat
Menurut Prof. Mungin Eddy W ( 2005:118) ada beberapa syarat menjadi pemimpin kelompok yaitu:
1.    Kepribadian dan Karakter pemimpin kelompok
  • Kehadiran,pemimpin kelompok bisa hadir secara emosional pada penggalaman orang lain.
  • Kekuatan pribadi,meliputi kepercayaan diri dan kesadaran akan pengaruh sesorang kepada orang lain.
  • Keberaniana, pemimpin kelompok yang efektif harus sadar bahea mereka perlu menunjukan keberanian dalam interaksi dengan anggotanya.
  • Kemauan untuk mengkonfrontasi diri sendiri,menunjukan keberanian bukan hanya pada cara- cara berhubungan dengan kelompok tetapi dengan berhubungan dengan diri mereka sendiri juga.
  • Kesadaran diri, berbarengan dengan hal menghadapi diri sendiri. Ciri esensial dari kepemimpinan efektif adalah kesadaran akan diri sendiri, akan kebutuhan dan motivasi – motivasi seseorang,akan konflik atau masalah – masalah pribadi,akan bertahanan dan titik kelemahan,akan bidang usaha – uasaha yang belum selesai.
  • Kesungguhan/ketulusan, minat yang tulus dan sungguh – sungguh pada kesejahteraan orang lain dan kemampuan untuk berkembang secara konstruktif.
  • Keaslian (authenticity) ,pemimpin menjadi sesorang yang asli,nyata atau rill,kongruen dan jujur.
  • Mengerti identitas, bila akan menolong orang lain,pemimpin kelompok perlu memiliki pengertian yang jelas tentang identitas diri mereka sendiri.
  • Keyakinan / kepercyaan dalam proses kelompok,merupakan esensi keberhasilan dari proses kelompok.
  • Kegairahan (antusiasme)
  • Daya cipta dan kreatif
  • Daya tahan (stamina)
Menurut Trait Theories of Leadership di dalam buku Dinamika Kelompok karangan Slamet Santosa menyebutkan ciri seseorang dapat dikatakan pemimpin adalah :
  1. Intelegensi bahwa pemimpin memiliki intelegensi lebih dari yang lain.
  2. Kematangan sosial dan pengetahuan luas.
  3. Memiliki motivasi sendiri dan dorongan berprestasi.
  4. Sikap untuk meyakini hubungan dengan orang lain.
Menurut Floyd ruch dan Stogdill dalam buku Dinamika Kelompok karangan Slamet Santosa menyebutkan syarat pemimpin  adalah :
  1. Social perception, pemimpin harus dapat memiliki ketajaman dalam menghadapi situasi.
  2. Ability in abstract thinking, pemimpin harus memiliki kecakapan secara abstrak terhadap masalah yang dihadapi.
  3. Emotional stability, pemimpin harus memiliki perasaan yang stabil, tidak mudah terkena pengaruh dari pihak luar.


Pemimpin kelompok memiliki peran penting dalam rangka membawa para anggotanya menuju suasana yang mendukung tercapainya tujuan bimbingan kelompok. Sebagaimana yang dikemukakan Prayitno (1995: 35-36) bahwa peranan pemimpin kelompok ialah:
1.    Pemimpin kelompok dapat memberikan bantuan, pengarahan ataupun campur tangan langsung terhadap kegiatan kelompok. Campur tang ini meliputi, baik hal-hal yang bersifat isi dari yang dibicarakanmaupun yang mengenai proses kegiatan itu sendiri
2.    Pemimpin kelompok memusatkan perhatian pada suasana yang berkembang dalam kelompok itu, baik perasaan anggota-anggota tertentu maupun keseluruhan kelompok. Pemimpin kelompok dapat menanyakan suasanan perasaan yang dialami itu.
3.    Jika kelompok itu tampaknya kurang menjurus kearah yang dimaksudkan maka pemimpin kelompok perlu memberikan arah yang dimaksudkan itu.
4.    Pemimpin kelompok juga perlu memberikan tanggapan (umpan balik) tentang berbagai hal yang terjadidalam kelompok, baik yang bersifat isi maupun proses kegiatan kelompok.
5.    Lebih jauh lagi, pemimpin kelompok juga diharapkan mampu mengatur “lalu lintas” kegiatan kelompok, pemegang aturan permainan (menjadi wasit), pendamai dan pendorong kerja sama serta suasana kebersamaan. Disamping itu pemimpin kelompok, diharapkan bertindak sebagai penjaga agar apapun yang terjadi di dalam kelompok itu tidak merusak ataupun menyakiti satu orang atau lebih anggota kelompok sehingga ia / mereka itu menderita karenanya.
6.    Sifat kerahasiaan dari kegiatan kelompok itu dengan segenap isi dan kejadian-kejadian yang timbul di dalamnya, juga menjadi tanggung jawab pemimpin kelompok.

B.    Tugas dan Peranan
Menurut Prof. Munggin (2005 : 107-105)D tugas dari pemimpin kelompok adalah :
1)    Membuat dan Mempertahankan Kelompok
Pemimpin mempunyai tugas untuk membentuk dan mempertahankan kelompok. Melalui wawancara awal dengan calon anggota dan melalui seleksi yang baik, pemimpin kelompok membentuk konseling.
2)    Membentuk budaya
Setelah kelompok terbentuk, pemimpin kelompok mengupayakan agar kelompok menjadi sistem sosial yang terapeutik kemudian dicoba menumbuhkan norma – norma yang dipakai sebagai pedoman interaksi kelompok.
3)    Membentuk norma – norma
Norma – norma di dalam kelompok dibentuk berdasarkan harapan anggota kelompok terhadap kelompok dan pengaruh langsung maupun tidak langsung dari pemimpin dan anggota yang lebih pengaruh.
Menurut Prayitno peran pemimpin kelompok adalah :
  1. Pembentukan kelompok dari sekumpulan (calon) peserta.
  2. Penstrukturan, yaitu membahas bersama anggota kelompok apa, mengapa dn bagaimana layanan BKp atau KKp dilaksanakan.
  3. Pertahapan kegiatan BKp dan KKp
  4. Tindak lanjut layanan.
C.    Keterampilan yang harus dimiliki
Pemimpin kelompok harus menguasai dan mengembangkan kemampuan atau ketrampilan dan sikap  untuk terselenggaranya kegiatan kelompok. Ketrampilan dan sikap yang perlu dimiliki menurut Prof. Mungin(2005 :123 – 130 ) meliputi :
  1. Aktif mendengar
  2. Refleksi
  3. Menguraikan dan menjelaskan pertanyaan.
  4. Meringkas.
  5. Penjelasan singkat dan pemberian informasi
  6. Mendorong dan mendukung
  7. Pengaturan nada suara
  8. Pemberian model dan penyiapan diri.
  9. Penggunaan mata.

DAFTAR PUSTAKA
Dewa, Ketut S. 2002. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.
Eddy, Wibowo Mungin. 2005. Konseling Kelompok Perkembangan. Semarang: Unnes Press.
Mugiarso, Heru dkk. 007. Bimbingan dan Konseling. Semarang : UPT UNNES PRESS.
Prayitno. 1995. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Romlah, Tatik. 2001. Teori dan Praktik Bimbingan Kelompok. Malang : Universitas Negeri Malang.
Santosa ,Slamet.2004. Dinamika Kelompok.jakarta : PT . Bumi Aksara.
W. S. Winkel dan M.M. Sri Hastuti. 2004. Bimbingan Dan Konseling Di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.
 
Free Website templateswww.seodesign.usFree Flash TemplatesRiad In FezFree joomla templatesAgence Web MarocMusic Videos OnlineFree Wordpress Themeswww.freethemes4all.comFree Blog TemplatesLast NewsFree CMS TemplatesFree CSS TemplatesSoccer Videos OnlineFree Wordpress ThemesFree CSS Templates Dreamweaver